Basis bus buatan Karoseri Adiputro tetap Jetbus 3 dengan beberapa variannya. Tampilan luar sama. Perubahan hanya terjadi di bagian kabin penumpangnya. Konfigurasi kursi berubah total dari kebanyakan bus yang biasanya empat lajur. Tim desainer karoseri itu mengubahnya dengan mengurangi satu lajur kursi.
Bus dengan konfigurasi kursi tiga kursi sebaris sebetulnya sudah lama ada. Umumnya adalah bus dengan layanan premium, yang dikenal dengan Super Eksekutif berkonfigurasi kursi 2-1. Dua kursi di sisi kanan dan satu kursi di sisi kiri kabin penumpang. Nah, yang baru diperkenalkan ini adalah tiga kursi satu baris yang berdiri sendiri-sendiri. Terlihat sedikit ganjil karena masih tergolong baru, satu baris tiga kursi dengan dua gang di dalam bus.
Bus perdana dengan konfigurasi baru dari Karoseri Adiputro itu berbasis Mercedes-Benz OH-1626, milik PT. Suryaputra Adipradana (SPA), Bandung. Menurut pimpinan PT. SPA, Budi Sumadihardja, biasanya konfigurasi kursi bus wisata yang mereka sewakan adalah 47 kursi. Dengan konfigurasi baru ini, isinya hanya 31 kursi, berkurang 16 kursi. Jarak antar bangku disesuaikan dengan penumpang Indonesia.
Karoseri Adiputro menambah pembatas penumpang di setiap kursi. Pembatas yang terbuat dari akrilik itu menempel pada sandaran kursi. Melindungi bagian badan, mulai kepala sampai lengan. “Ini opsional dari kami. Inovasi ini juga menjadi cara kami berkontribusi untuk mendorong bisnis mitra kerja, pelanggan kami, perusahaan bus pariwisata maupun AKAP,” kata Direktur PT. Adiputro Wirasejati, David Jethrokusumo.
Menurut David, pengusaha bus bisa leluasa mengubah konfigurasi kursi, apakah sederet diisi tiga kursi terpisah atau konfigurasi konvensional 2-2 dan 2-1. Tim desainer Karoseri Adiputro membuat rel untuk dudukan kursi dengan kedua opsi konfigurasi kursi itu. Konsep bus yang aman untuk perjalanan dari Karoseri Adiputro, juga dilengkapi dengan dispenser cairan anti bakteri otomatis di pintu dengan dan dua lampu UV di plafon bus. Ada sekat akrilik di seputar kabin pengemudi yang diperkuat dengan rangka besi, mirip dengan sekat bus kota di tahun 1980-1990 an.
Beberapa pengusaha bus yang mencoba duduk di kursi terlihat kesulitan dengan pembatas akrilik. Tinggi dan lebar akrilik yang menghabiskan ruang di sekitar kursi, belum diikuti dengan perubahan kabin penumpang. Perlu ada penyesuaian, pada bagasi kabin di atas kursi. “Rel kursi sudah bagus, cuma di pembatas ini perlu ada penyesuian lagi,” ujar pimpinan PT. Global Anugerah Mandiri (William Transport) Budi Halim.