Banner Top

(Jakarta – haltebus.com) Menjadi Badan Usaha Milik Negara yang melayani masyarakat tidaklah mudah. Banyak tantangan yang dihadapi Perum Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia (DAMRI). Peran ini tidak terlepas dari sejarah berdirinya DAMRI yang ikut dalam mempertahankan kemerdekaan. Misi ini pula yang diemban DAMRI di daerah-daerah yang sulit terjangkau, yakni menjadi armada perintis. “Kami bekerjasama dengan pemda setempat mengadakan angkutan untuk membuka jalur transportasi,” kata Direktur Teknik Perum DAMRI kepada haltebus.com di kantornya (Kamis 14/10/11) lalu.

Menjadi armada perintis bukanlah hal yang mudah. Menurut Bagus, armada perintis ini murni untuk melayani masyarakat. DAMRI ada di 28 provinsi, namun lebih dari separuh provinsi itu melayani jalur perintis. Sebagian besar jalur perintis ada di luar Jawa. Sebagai contoh, di Papua, DAMRI memiliki stasiun di Serui, Biak, Jayapura, Merauke, Sorong, Manokwari, Nabire, dan Mimika.

Menurut Bagus,DAMRI memiliki tidak kurang 300 armada perintis. Meski hanya menjadi operator armada, tidak ada keuntungan dalam arti sesungguhnya dalam melayani jalur perintis. Bus-bus perintis sebagian besar pengadaannya dilakukan oleh Kemenhub, sementara untuk operasionalnya DAMRI bekerjasama dengan Pemda setempat dengan pola subsidi. “Jangan bayangkan subsidi itu langsung diberikan. Biasanya dilelang. Tapi kebanyakan di jalur perintis tidak ada swasta yang mau,” kata dia.

Karena sifatnya perintis, tidak selamanya DAMRI melayani jalur satu atau dua jalaur saja di suatu daerah. Bagus menjelaskan, ketika di jalur yang dilayani DAMRI mobilitas masyarakat mulai meningkat dan sudah ada minat swasta untuk melayani jalur yang sama maka tidak jarang jalur itu ditinggalkan DAMRI. Namun, itu tergantung pemda setempat. Ada pula pemda yang masih menginginkan DAMRI tetap melayani jalur yang sudah dilayani swasta, ada pula yang menawarkan untuk membuka jalur perintis baru.

Bagus menjelaskan, tidak sedikit stasiun DAMRI di daerah yang menjalani dua jalur sekaligus. Selain menjadi armada perintis, ada pula yang mengoperasikan bus kota. Sama halnya dengan angkutan perintis, kata dia, angkutan kota sepenuhnya untuk menjalankan tugas melayani masyarakat. Dia menjelaskan, di kebanyakan kota tarif yang ditetapkan pemda setempat terkadang belum bisa menutup biaya operasional.

Beberapa tahun terakhir ini, kata Bagus, DAMRI menghadapi dilema usaha. Di satu sisi jangkauan tugas melayani masyarakat cukup luas, di sisi lain ada target dari Kementerian BUMN agar DAMRI bisa menghasilkan keuntungan. “Saya yang mengurusi bagian operasional harus bisa memperhitungkan ulang biaya operasional dan pemasukan karena biaya perawatan mengambil porsi 40 persen dari biaya operasional keseluruhan,” kata dia.

Karena itu, Bagus mengungkapkan, pihaknya mulai tahun ini membuat fokus unit-unit unggulan, tanpa mengabaikan jalur perintis dan bus kota. Unit usaha angkutan paket/barang, angkutan bandara, angkutan antar negara, dan angkutan pemadu moda Gambir – Bandar Lampung.

Dia menambahkan, dengan fokus unit usaha ini ada jalur perintis yang bisa diandalkan untuk angkutan paket/barang. Stasiun Atambua, kata dia, sehari-harinya melayani angkutan dari Kupang ke Dili. “Awalnya Stasiun Atambua melayani jalur perintis, karena ada peluang disana untuk angkutan barang, kami secara khusus menempatkan armada angkutan barang di sana,” ujar Bagus. (mai/foto-foto: mai)

Banner Content