Banner Top


(Jakarta – haltebus.com) Tidak banyak orang berkesempatan mendapat pendidikan tinggi di tahun 1960-1970-an. Di saat pembangunan Indonesia masih baru di mulai, Hasanuddin Adnan muda, baru lulus SMA dan hendak melanjutkan hidupnya mengabdi pada Negara. “Cita-cita saya ingin menjadi tentara. Saya sampaikan keinginan saya kepada ibu saya, sayangnya saya tidak mendapat jawaban dari ibu saya. Lalu saya akhirnya mendaftar menjadi calon pegawai negeri sipil di Pemda Provinsi Bengkulu dan diterima,” kata pendiri PO. Siliwangi Antar Nusa (SAN) mengenang sejarah hidupnya, Minggu (1/12/19) lalu.

Hasan, panggilan akrabnya, tidak pernah berpikir apa yang akan dihadapinya, setelah cita-citanya sebagai TNI pupus tak direstui ibunda tercinta. Namun, dia bukan tipe orang yang mudah menyerah. Di Pemda Provinsi Bengkulu dia mendapat kepercayaan mengelola angkutan kebutuhan provinsi yang baru saja berdiri. Dari tanggung jawab terhadap angkutan itu, dia banyak mempelajari seluk-beluk transportasi.

Perlahan, sedikit demi sedikit Hasan muda mulai memberanikan diri mengikuti pola dan memiliki armada truk, sebelum akhirnya memutuskan untuk terjun di dunia transportasi. Pada tahun 1990 dia juga mulai merintis angkutan penumpang. Bermodalkan sembilan armada bus sedang, empat unit diantaranya bus sedang Mazda T4000, di bawah bendera Siliwangi Antar Nusa Travel dia memberanikan diri membuka rute jarak jauh. Jurusan perdana yang dilayani adalah Bengkulu – Bekasi. Dalam waktu kurun lima tahun armadanya berkembang ke bus besar dan mulai mengembangkan rute.









Meski tamatan SMA, Hasan tidak canggung, dia mengikuti pepatah bijak : “Jangan pernah berhenti belajar.” Tidak hanya dari sisi usaha, dari segi teknis, pria paruh baya ayah lima orang anak ini berusaha memecahkan setiap masalah teknis yang mereka hadapi sehari-hari dalam mengoperasikan armada busnya. Maklum Bengkulu dikelilingi pegunungan Bukit Barisan dengan tingkat kesulitan tinggi. “Kalau mengenang masa jalan lintas Sumatera masa lalu, sedih rasanya. seperti kami di Sumatera ini kurang diperhatikan,” kata dia mengenang.

Namun Hasan tidak putus asa, beragam inovasi dan terobosan dibuatnya. Berbagai hal teknis dipelajari, dia banyak membuka jalan untuk menggali informasi baru. Bahkan mencobaa hal-hal baru sesuai dengan keyakinan dan keingintahuan yang besar. Tidak jarang dia pun membangun jejaring dalam dan luar negeri. Satu hal yang paling digemarinya, jalan-jalan ke negeri lain, memperhatikan operasional bus, spesifikasi teknis dan tak segan berkenalan dengan orang-orang baru yang memiliki informasi yang ingin digalinya.








Saat Indonesia diterpa krisis, bisnis transportasi bus juga kian meredup. Ketika itu, Hasan bisa melaluinya dengan upaya kerasnya. Lewat tahun 2000-an awal, terpaan krisis itu kembali berputar di industri bus seiring dengan banyaknya maskapai penerbangan bertarif murah yang berkembang. “Saya pelajari betul rute baru, saat itu kebetulan ada seorang sahabat baru pindah di Dinas Perhubungan Riau. Saya perhatikan tidak ada bus dari Riau yang melayani rute-rute ke Jawa sementara saya melihat potensinya. Bismillah saya memberanikan diri membuka cabang PO. SAN di Pekanbaru dan memulai rute ke Jawa,” ujarnya.

Terobosan itu bukan tanpa resiko, di tahun 2006 PO. SAN membuka Trayek yang menghubungkan sejumlah kota dan daerah transmigrasi/perkebunan di Riau ke Jawa. Jalur yang ditempuh juga unik, setelah lepas Jakarta bus mengambil rute ke Bandung, Tasikmalaya, Kebumen, Yogyakarta, Solo, Madiun, Tulungagung hingga Blitar. Ada satu hal lagi yang tergolong nekat, mereka mengoperasikan bus Volvo B7R untuk menempuh rute lebih dari 2.000 Km itu. “Walaupun sudah diprediksi sebelumnya, di luar dugaan animonya sangat tinggi,” kata Hasan menggambarkan sambutan bus bersuspensi pertama lintas Jawa-Sumatera itu.









Bersamaan waktu yang tidak jauh berselang, Hasan mulai mengutak-atik chassis busnya. Memodifikasi bus yang ada agar bagasi di atap bus bisa dipindahkan ke bagasi di bagian bawah. Bus-busnya yang berumur juga dibangun ulang. Dia meramu sendiri chassis-nya dengan mesin, sistem pengereman dan disesuaikan dengan kondisi medan jalan yang mereka lalui. Tahun 2009 mulailah diperkenalkan SANChai, prototipe perdana bus retrofit bengkel PO. SAN.

PO. SAN menjadi satu-satunya perusahaan yang mengoperasikan bus Volvo B7R yang menempuh perjalanan terjauh di antara pemilik bus sejenis. Padahal saat itu bersuspensi udara masih jarang dan harga bus Volvo juga tergolong mahal. Bus ini sudah dilengkapi retarder, sistem pengereman kendaraan dengan bantuan pengaturan posisi transmisi sedemikian rupa untuk mempengaruhi putaran mesin.









Kemampuan menganalisa, memahami karakter dan belajar teknologi terbaru di seputar bus tak surut meski kelima anaknya sudah mulai dilibatkan mengelola PO.SAN. Hasan memulai mengenal bus dengan teknologi terbaru melalui bus Golden Dragon. Di tangannya, bus buatan Xiamen, China itu mampu melahap jalan Sumatera di pesisir Barat yang ekstrem. Dari Golden Dragon pula PO. SAN mulai mengoperasikan bus bertenaga 300 HP.

Di tahun 2011-2012 sejumlah chassis bus premium yang disodorkan padanya tak langsung diterima begitu saja. Salah satunya Scania K360IB/4×2 yang mulai dioperasikan pada 2013. Dia mengikat kerjasama yang ketat agar operasional bus itu bisa memenuhi spesifikasi dan kebutuhan operasional PO. SAN. Pabrikan diminta memahami karakter jalan yang dilalui bus-busnya, spesifikasi bus juga disesuaikan dengan kebutuhan melewati jalan-jalan itu.








Di sisi lain, secara bersamaan, kemampuan teknologi mekanik PO. SAN di bawah kepemimpinan Hasan sudah mulai menguasai bus dengan engine manajemen dan suspensi udara. Salah satu chassis yang ditopang tenaga 330 HP dari mesin Wechai dipasangi suspensi udara yang bisa secara otomatis menjaga kestabilan bus saat bermanuver. Bus hutan rasa kota, begitu dia menjuluki busnya. Ada pula proyek prestius chassis bus low deck untuk bus bandara yang dibuat di bengkel kerja PO. SAN di Sukoharjo.


Setelah kemampuan Scania teruji setelah pengoperasian bus Scaania pertama PO.SAN, lima tahun berselang, lima unit Scania K410IB/6×4*2 dan tiga unit Mercedes-Benz OC 500 RF 2542 diborongnya pada tahun 2017. Bus-bus itu beroperasi sejak 2018 dan menjadi bus terpanjang antar pulau dan bus panjang yang melahap medan jalan Sumatera yang berliku, naik-turun dan sempit. Panjang 13,5 meter dengan tenaga 400 HP lebih terasa enteng dibawa oleh pengemudi-pengemudi PO. SAN hasil didikan Hasan. “Pak Haji (panggilan Hasan) memang orangnya keras, tapi kami sadar beliau keras kepada kami seperti itu bukan karena benci, justru berupaya mendidik kami agar lebih baik,” kata Dasrial salah seorang pengemudi yang dipercaya mengemudikan Mercedes-Benz OC 500 RF 2542.









“Kami membeli bus-bus premium bukan untuk bergaya. Kami ingin menghadirkan transportasi yang aman, nyaman dan bisa dipercaya masyarakat. Terbukti bus-bus kami diminati masyarakat. Jangan salah, bus-bus premium ini adalah bus yang mengajarkan pengemudi agar memikirkan keselamatan, kinerja mereka terpantau. Mulai bahan bakar, kecepatan, perilaku pengereman, sampai posisi kendaraan bisa diketahui,” begitu Hasan menjelaskan.

Kurnia Lesani Adnan, putera ketiga Hasan yang menduduki posisi Direktur Utama PT. SAN Putra Sejahtera menjelaskan, mereka kini memilih bus yang bisa membaca perilaku pengemudi. Menurut dia, sistem operasional bus yang dilengkapi telematika membuat operasional sehari-hari mereka lebih terkontrol. “Dari rekaman kami bisa mengetahui siapa yang rajin menggunakan retarder, siapa yang sering meninjak pedal rem dalam-dalam, siapa yang mengemudi dengan boros bahan bakarnya,” kata dia.









Selain Sani, panggilan akrab Kurnia Lesani Adnan, ada putera-puteri Hasan dengan tanggungjawab berbeda yang mulai menjalankan PT. SAN Putera Sejahtera. Ada Kurnia Lesanti Adnan yang menjadi gawang di posisi Direktur Keuangan. Kurnia Lesari Adnan merangkap Wakil Direktur dan mengurusi administrasi perusahaan. Kurnia Lesande Adnan, putera keempat Hasan mengambil tanggungjawab untuk mendukung kebutuhan operasional perawatan dengan sistem penyimpanan komponen yang tertata. Putera kedua Hasan, Kurnia Lesandri Adnan memimpin Biro Perjalanan Umum SAN Travel, cikal-bakal PO. SAN.

Hasan mengaku tidak pernah membayangkan PO. SAN seperti sekarang ini. Dia mengungkapkan, sebagai tamatan SMA, perjuangannya bersama istri tercinta Magdalena merinstis usaha hanya bisa bersyukur. “PO. SAN seperti ini karena dukungan masyarakat Bengkulu. Saya punya keinginan harus ada perusahaan bus yang bisa dibanggakan masyarakat Bengkulu karena mengutamakan keselamatan, kenyamanan dan bisa menjadi teman perjalanan yang aman,” ujarnya. (naskah : mai/foto : mai)

Banner Content