Kayanoki menjelaskan, Hino RM 380 mengusung mesin E13C-UT dengan tenaga yang dihasilkan 380 PS dan Gross Vehicle Weight (GVW) 18 ton. Dia menambahkan, bus dilengkapi dengan suspense udara baik di depan maupun belakang untuk kenyamanan penumpang. Meski mesin Common Rail yang mendorong bus itu tergolong besar, namun Kayanoki mengklaim cukup efesien dari sisi penggunaan bahan bakar.
“Bus ini sangat nyaman untuk perjalanan jauh. Pemerintah saat ini tengah membangun jalan tol baik tol Trans Jawa maupun Trans Sumatera. Bus Hino RM 380 cocok untuk menghubungkan kota-kota di Jawa dan Sumatera,” kata dia menambah penjelasannya.
Varian Hino RM 380 ini mirip dengan chassis bus Hino yang dipasarkan di Malaysia. Dengan mengusung mesin Hino E13C-UT enam silinder segaris dan transmisi manual ZF 6S1910BO enam percepatan, Hino RM 380 mirip dengan Hino RM1ESKU yang beredar di negeri jiran. Apakah tipe yang sama? Head of Product Planning PT. Hino Motors Sales Indonesia (HMSI), Prasetyo Adi Yudho mengungkapkan, dua unit bus RM 380 yang mereka perkenalkan masih didatangkan utuh.
Kedua unit itu menjadi prototype pengembangan produk yang akan disesuaikan dengan pasar di Indonesia. “Kami akan melihat, setidaknya setahun terakhir ini bagaimana respon pasar dan bagaimana kebutuhan pelanggan, juga dilihat dari sisi teknis kendaraan,” katanya.
Prasetyo lebih memilih menyebut kedua unit Hino RM 380 itu dengan batch I agar lebih mudah menandai awal dimulainya Hino Indonesia mengembangkan produk bus premium. Menurut Prasetyo, Hino Indonesia cenderung berhati-hati untuk mengembangkan produk, agar tidak salah dalam perhitungan bisnis. Dia mengungkapkan, mereka perlu menimbang bagaimana bus itu nanti akan dipasarkan, apakah didatangkan secara utuh atau diproduksi di Indonesia.
Dia mengungkapkan, dalam mengembangkan produk, karakter pasar di Indonesia akan lebih dominan. Selama ini, lanjut dia, Hino Indonesia memproduksi dan memasarkan bus tipe AK, RK dan RN atas perhitungan pasar yang rigid. Bus-bus dengan karakter yang efesien, harga terjangkau dan punya ketahanan operasional yang tinggi, kata dia, banyak diminati pelanggan. Inilah yang menjadi kunci Hino dalam mendominasi pasar bus di Indonesia.
Dalam catatan haltebus.com, tahun 2015 PT. Hino Motors Manufacturing Indonesia memproduksi kembali Hino CNG. Saat itu, Hino Indonesia memprediksi ada kebutuhan pemerintah untuk bus kota berbahan bakar gas dalam jumlah besar. Kebetulan PT. Transjakarta tengah meremajakan sekaligus menambah armadanya tak kurang dari 1.000 unit. Sayangnya, bus-bus CNG yang sudah dipersiapkan jalur produksinya oleh Hino Indonesia tak kunjung beredar di jalan-jalan perkotaan, khususnya Jakarta.
Menurut Prasetyo, teknologi yang dimiliki Hino memungkinkan mereka head to head dengan competitor dari Eropa. Fitur-fitur canggih dan terbaru dari Hino Jepang juga ada, salah satu yang terkenal dan pernah dipamerkan Hino Indonesia adalah Hino Selega. “Ada fitur engine management, ada disc brake, ada EDB (electronic distribution brake) dan lain-lain, tetapi ketika didatangkan secara utuh apakah pasar bisa menyerapnya? Sementara untuk mendevelopnya di Indonesia kita masih memerlukan waktu. Inilah yang sedang kami cermati dengan berjalananya Hino RM 380,” katanya diplomatis.
Dua unit Hino RM 380 dipercayakan pada PO. Harapan Jaya untuk kerja sama tes pasar ini. Menurut Prasetyo, peminat bus yang masih dalam program pengembangan produk itu sudah lumayan banyak. Meski dipatok di kisaran Rp. 1 miliar, kata dia, tak menyurutkan pelanggan Hino untuk memiliki bus premium Hino.
Darmawan Wangsadiharja dari PO. Harapan Jaya mengaku senang dengan kerja sama bersama PT. HMSI dengan pengoperasian dua unit Hino RM 380. Menurut dia, dua unit itu dibangun dengan dua bodi yang berbeda. “Satu dibuat di Laksana dan satu lagi di Tentrem,” katanya.
Baik PO. Harapan Jaya dan PT. HMSI masih belum bisa memberikan gambaran lebih jauh tentang operasional dan keunggulan. Namun Prasetyo sedikit berbagi tentang perbandingan konsumsi bahan bakar dengan haltebus.com, “Kemarin selama dari Semarang ke Jakarta, kami memantau bisa mencapai 1 : 3,4 kalau dirata-rata.” (naskah : mai/ foto : mai/dok. PT. HMSI)