(Jakarta – haltebus.com) Infrastruktur jalan yang baik dengan rentang jarak yang panjang di negera tetangga, Singapura dan terutama Malaysia sangat menarik dicermati. Jarak antar negara maupun antar kota di kedua negara itu menjadi terasa dekat dengan jarak tempuh yang relatif cepat. Setidaknya inilah pengalaman yang dirasakan haltebus.com saat mencoba melakukan perjalanan darat dari Singapura menuju Malaka, dengan jarak lebih dari 300 Km.
Penumpang bus lintas Negara sebagian besar seperti layaknya orang bepergian jarak jauh, membawa koper atau tas lumayan besar. Mereka terbiasa mandiri, menempatkan sendiri tas-tas mereka di dalam bagasi yang terletak di sisi kiri maupun kanan bus. Tidak seperti di Indonesia, pengemudi bus di sana bertugas sendiri, tanpa ditemani asisten pengemudi.
Seperti pengemudi bus 707-Inc, sebut saja Jalil, selalu sigap mengawasi penumpang yang memasukkan barang ke bagasi bus dan naik ke dalam busnya. Setiap penumpang yang terlihat membawa makanan dan minuman selain air putih, diminta untuk dihabiskan sebelum masuk ke dalam bus. “Tak boleh makan dan minum. Boleh dihabiskan dahulu, lalu kita berangkat. Masih ada waktu. Please no food or drink, only water,” katanya setengah berteriak.
Bus Hino yang dikendarainya tak seperti Hino yang banyak ditemui di Indonesia. Suspensinya terasa empuk, kecepatan konstan di antara 100 – 120 Km per jam. Sepanjang perjalanan Jalil terlihat santai dalam mengemudikan busnya. Selain itu, meski melalui jalan tol yang panjang dan mulus, Hino Malaysia masih menyediakan tuas persneling. Sedikit berbeda dengan di Indonesia yang sudah memulai tren transmisi semi otomatis sampai full otomatis yang juga dilengkapi cruise control.
Sementara itu, uniknya lagi saat haltebus.com tiba di Terminal Utama Malaka, yakni Malaka Center, tidak terlihat kepadatan bus yang parkir. Paling banyak hanya 15 bus yang parkir dari lebih dari 25 dek keberangkatan yang ada. Mungkin karena waktu perjalanan bus yang merata, bus lebih banyak terlihat di jalan dibandingkan yang parkir di terminal-terminal.
Lokasi terminal di Ban San Street Singapura juga tidak mewah. Bus hanya parkir di tepi jalan di depan terminal yang sesunguhnya adalah terminal bus kota, bus menuju Johor Bahru dan terminal taksi. Sementara di Malaka Sentral, meski mirip dengan terminal di Indonesia, penumpang lebih mudah masuk ke dalam bus. Mereka tidak kerepotan menenteng tas koper atau tas-tas besar dan memasukkannya sendiri ke dalam bagasi bus.
Konter-konter tiket yang ada di dalam terminal juga nyaris tidak diwarnai transaksi. Pun kalau ada penumpang, biasanya hanya sekedar bertanya jalur dan jam keberangkatan bus. Hampir semua penumpang sudah membeli tiket via internet. Saat pengecekan penumpang sebelum berangkat pun cukup menunjukkan kode booking, baik via telepon seluler maupun kertas yang dicetak sendiri. Kemudahan-kemudahan ini bisa menjadi daya tarik masyarakat memilih bus sebagai sarana transportasi bepergian kemanapun sepanjang aspal masih terhubung. (naskah : mai/foto : mai)