Banner Top

(Jakarta – haltebus.com) PT. Antar Lintas Sumatera (ALS) memulai langkah melestarikan sejarah mereka. Sebuah bus dengan interior kayu ALS di Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara. Bus Chevrolet C50 itu rencananya dijadikan monumen bagi perusahaan yang sudah melayani masyarakat seluruh Provinsi di Sumatera hingga Jawa dan Bali selama 55 tahun terakhir ini.

“Alhamdulillah, setelah saya diberi amanah memimpin PT. ALS ini, saya ingin mewarisi bagaimana PT ALS ini bisa tetap berdiri, dengan semangat kekeluargaan dan bergandengan tangan yang harus terus dijaga,” kata Direktur Utama PT. ALS, Chandra Lubis kepada haltebus.com, Kamis (29/7/21).

Chandra mengungkapkan, bus Chevrolet C50 dengan interior kayu yang teronggok di sebuah garasi di tepi sawah di Kotanopan itu menjadi bagian sejarah penting bagi mereka. Dia mengungkapkan, selama lima tahun terakhir mereka berupaya untuk merestorasi bus itu, sebagai upaya melestarikan sejarah. Tidak hanya sejarah PT. ALS tetapi juga bagian dari perkembangan masyarakat Indonesia. Dia menyatakan, rentang rute layanan yang begitu panjang, PT. ALS sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia, khususnya pengguna transportasi darat.

Chevrolet Truck, Tad Burness

Chevrolet C50 PT. ALS

Upaya Chandra mempertahankan karakter, keberlanjutan perusahaan dan mengikuti perkembangan arus transportasi modern menjadi tantangan tersendiri. Apalagi, saat ini PT. ALS sudah mulai memasuki generasi ketiga pendiri. Dia berharap, dengan adanya bus Chevrolet C50 yang menjadi penanda sejarah mereka, generasi penerus PT. ALS bisa membangun semangat mempertahankan usaha mulia para pendiri.

“Bayangkan, dari Kotanopan, para pendahulu kami sudah memikirkan bagaimana menghubungkan kota kecil itu ke berbagai daerah, bukan hanya di Sumatera tetapi juga sampai ke Jawa bahkan Bali,” ujarnya bersemangat.

Chandra juga termotivasi oleh banyaknya tokoh yang lahir dari Kotanopan. Salah tokoh yang dikenal, yang menjadi pahlawan nasional, Jenderal A.H. Nasution. Kota yang berada di jalan utama Medan – Padang itu juga memiliki tugu perjuangan kemerdekaan yang menjadi monumen pergerakan perjuangan yang dimotori ulama di sana.

Lalu apa saja yang akan dilakukan Chandra dengan bus yang masih menggunakan interior kayu itu? “Saya akan tetap pertahankan bus seperti apa adanya. Dia punya lantai kayu, ornamen kayu, saya akan cari ahlinya yang bisa produksi kayu. Untuk yang bagi besi yang juga carikan ahlinya untuk memperbaiki yang keropos,” kata dia.

Ciri khas peta Sumatera

Bus PT. ALS di Kotanopan

Cat bus akan dipertahankan seperti yang ada saat ini, didominasi merah dan oranye dengan sedikit warna biru dan hijau muda. Warna itu, menurut Chandra, warna awal PT. ALS. Semua interior maupun eksterior juga dipertahankan agar keaslian bentuk bus lansiran tahun 1960-an akhir itu bisa terjaga. Soal mesin, Chandra mengungkapkan, akan mempelajari kondisi bus terlebih dulu.

Menurut dia, untuk mesin perlu diobservasi mekanik mereka. Dilihat lebih jauh terkait penggantian komponen dan ketersediaannya. Namun, dia yakin, di era serba terhubung saat ini informasi terkait komponen tidaklah sulit. “Kita lihat nanti, kan kita bisa lihat, mencari di internet, sejauh masih ada Chevrolet ini, pastilah ada komponennya,” ujarnya mantap.

Pemerhati kendaraan kuno, Robert Permadi mengungkapkan, bus-bus asal Sumatera Utara punya karakteristik tersendiri di masanya. Ada dua karakter yang menonjol. Ground clearance mereka tinggi, tetapi tinggi keseluruhan bodi tetap. Bagian atas tidak ikut ditinggikan. “Jadi selain tinggi atapnya tetap, jadi bagian bodinya terlihat pendek. Nah ini atapnya sering digunakan untuk membawa barang. Karena pendek, jadi lebih maksimal. Kalau atapnya tinggi tentu berbahaya,” ujar pria yang juga aktif di Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PPMKI) ini.

Robert mengatakan, karakter jalan di Sumatera yang belum banyak beraspal dan masih berlumpur melatarbelakangi tingginya ground clearance ini. Perkembangan di tahun 1960-an hingga 1970-an juga membuat pergerakan arus orang cukup signifikan. Bus Chevrolet C50 sendiri mulai diproduksi pada tahun 1967, sedangkan PT. ALS berdiri sejak tahun 1966. Dalam pandangan Robert, Chevrolet C50 punya arti dalam sejarah perkembangan kendaraan komersial Chevrolet. Kemunculannya, menjadi awal model baru di keluarga Chevrolet.

Di tahun itu, Chevrolet mengubah desainnya lebih sederhana. Beberapa bagian juga terlihat lebih modern di jamannya. Menurut Robert, di bagian depan, bagian di seputar kap mesin sudah menyatu dengan bodi, tak seperti pendahulunya. Di masanya, Chevrolet C50 termasuk yang banyak digemari.

Garasi PT. ALS Medan

PT. ALS melekat di hati pelanggan

Bagi warga Sumatera Utara, khususnya di Mandailing, PT. ALS punya kesan mendalam. Bus-bus mereka menjadi andalan untuk merantau. Kebetulan pula banyak tokoh asal Mandailing yang dikenal pulai politisi, pengusaha, pejabat sipil maupun militer. Chandra ingin mempertahankan citra yang kuat dan melekat pada PT. ALS di tengah-tengah masyarakat pengguna transportasi bus. “Itu kendaraan saya waktu merantau, orang Mandailing  gak akan pernah melupakan ALS,” begitu pendapat yang diungkapkan Rahmat Abadi, salah satu perantau yang tinggal di Jakarta. (naskah : mai/foto : dok. PT. ALS/haltebus.com)

Banner Content

Related Article