Banner Top



(Jakarta – haltebus.com) Koperasi Angkutan Jakarta (Kopaja) meluncurkan produk baru mereka yakni Kopaja AC yang dilengkapi dengan peralatan Global Positioning System (GPS) dan jaringan internet nirkabel yang sering disingkat WiFi, Kamis, 5 Juli 2012 lalu. Peralatan ini sebenarnya sudah tidak asing lagi di dunia jasa transportasi bus, namun bagi Kopaja penggunaan peralatan itu adalah sebuah lompatan besar. “Kami ini menjadi koperasi yang benar-benar mengelola jasa transportasi bus kota yang mengedepankan pelayanan,” kata Ketua Umum Kopaja, Nanang Basuki saat ditemui haltebus.com di kantornya Kamis, (19/7/12).

Jika kita melihat kondisi masyoritas armada Kopaja yang beroperasi di Jakarta saat ini tentu sangat memprihatinkan. Bus buatan tahun 1990-an masih beredar di jalan-jalan Jakarta, belum lagi berita perilaku pengemudi yang buruk yang hampir selalu dikaitkan dengan koperasi ini. Di bawah kepemimpinannya Nanang ingin mengubah citra Kopaja menjadi institusi yang bisa menghadirkan pelayanan yang profesional.

Nanang mengaku, tak mudah memulai perubahan di Kopaja. Peluncuran Kopaja AC S-13 jurusan Ragunan Belakang – Grogol menjadi ujicoba perubahan yang digagasnya. Dia menilai operasional Kopaja ber-AC disambut positif warga Jakarta pengguna transportasi umum. Dan sebagai tahapan berikutnya, Ketua Bidang Standarisasi Manajemen Dekopin DKI Jakarta ini menambah fasilitas pada bus ber-AC.

Pilihan tambahan pelayanan yang melengkapi Kopaja ber-AC tak sembarangan. Untuk GPS misalnya, Nanang sengaja memanfaatkan teknologi ini sebagai acuan perubahan layanan. GPS yang dipasang pada enam unit yang diluncurkan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo itu sangat membantu operasional bus. Teknologi ini memungkinkan perusahaan jasa penggunanya memanfaatkan berbagai fitur yang ada. Mulai fitur tracking (pelacakan), penyajian informasi data kendaraan saat beroperasi, hingga komunikasi dua arah antara pusat pengendali dengan kru kendaraan. “Adanya GPS membantu kami memonitor kecepatan kendaraan, posisi kendaraan sesuai jalur semestinya,” ujar Nanang.

Siang itu Nanang memeragakan pada haltebus.com bagaimana salah satu sistem kerja GPS yang digunakannya. Melalui telepon pintarnya yang telah menyimpan sistem kontrol GPS, dia menghubungi salah satu unit Kopaja yang tengah beroperasi. Komunikasi ini dilakukan melalui jaringan GPS yang terpasang di kendaraan dan terhubung dengan pusat pengendali.

“Selamat siang pak,” katanya.
“Selamat siang juga pak,” ujar suara di ujung telepon.
“Posisi dimana pak?” tanya Nanang
“Di Senen pak,” kata pengemudi yang mengaku bernama Ade ini.

Nanang yang mencocokkan posisi bus dengan pengakuan pengemudi terheran-heran. Sebab, di layar monitor komputernya terpampang jelas posisi Kopaja yang dimaksud ada di Warung Jati, Jakarta Selatan mengarah ke Lebak Bulus. Bertolak belakang dengan pengakuan si pengemudi yang ada di Jakarta Pusat.

Dia lalu memutus telepon sejenak. Setelah lewat 15 menit, pria lulusan FISIP UNAIR ini kembali menghubungi Ade. Pada komunikasi yang kedua, barulah Ade mengaku posisi baru melewati kawasan Warung Jati. Nanang sengaja menunggu sejenak untuk melihat perubahan posisi bus yang dipantaunya pada layar monitor komputernya. Dia berharap pemantauan posisi bus pada akhirnya bisa mengatur jarak antar bus sehingga penumpang tak menunggu waktu terlalu lama di halte. “Fungsi seperti ini yang kami butuhkan untuk mengontrol armada kami. Kami juga melatih pengemudi dan kru bus bertindak jujur,” kata dia.

Jangan bayangkan GPS yang terpasang pada bus-bus Kopaja itu dilengkapi layar monitor layaknya peralatan GPS pada kendaraan pribadi. GPS yang dipasang di Kopaja AC terbaru ini, kata dia, tersembunyi dan memiliki sistem kontrol jarak jauh. Ketika kendaraan yang melanggar aturan kecepatan atau keluar jalur bisa dihentikan dari pusat pengendali. Menurut Nanang, ada fitur yang memungkinkan mesin bus bisa dimatikan dari pusat pengendali.

Tambahan fasilitas lain, yakni jaringan internet nirkabel atau WiFi menurut Nanang dihadirkan untuk melayani penumpang Kopaja AC yang memiliki kesibukan tinggi. Dengan fitur ini, kata dia, diharapkan warga Jakarta yang berpergian dengan kendaraan pribadi bisa memanfaatkan angkutan umum. “Mereka bisa membuka email, dan berbagai kebutuhan koneksi internet lainnya. Kami menyediakan kapasitas WiFi hingga 3,5 Gigabyte kecepatan sambungan internet hingga 300 Mbps untuk kebutuhan penumpang di perjalanan. Mudah-mudahan cukup,” katanya.

Rute yang dilayani Kopaja dengan fasilitas internet nirkabel ini juga rute yang melewati pusat bisnis Jakarta. Rute yang dipilih rute P-19 melewati Jl. Jend. Sudirman-Jl. MH. Thamrin hingga Tanah Abang dan P-20 melewati Jl. H.R Rasuna Said-Menteng sampai Terminal Senen.

Salah seorang pengguna Kopaja P-20, sebut saja Jagad, mengaku koneksi internet di dalam bus yang bergerak cukup memuaskan. Dia menggunakan komputer tabletnya untuk mencoba kemampuan koneksi internet mulai Ragunan hingga Menteng dalam perjalanannya itu. “Senang ya kalau semua bus di Jakarta punya fasilitas seperti ini,” katanya sambil melepas senyum.

Dari pantauan haltebus.com, meski di dalam bus terpampang stiker yang menyebutkan adanya jaringan internet nirkabel, belum banyak penumpang yang memanfaatkan fasilitas ini. Salah satu yang kerap dikhawatirkan penumpang adalah masalah keamanan. Seperti diketahui, bus kota di Jakarta tak lepas dari incaran pelaku-pelaku kejahatan. Namun Nanang optimistis lambat laun fasilitas internet gratis itu bisa dinikmati penumpangnya. “Selama pengoperasian Kopaja S-13 tidak ada laporan kejahatan di dalam bus. Salah satu faktornya karena penumpang bus pas tempat duduk, tidak ada yang berdiri,” kata dia. (naskah : mai/ foto : mai)

Banner Content