Banner Top


(Jakarta – haltebus.com) Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat menginisiasi gerakan moral untuk meningkatkan pelayanan transportasi bus. Gerakan yang disebut Dirjen Perhubungan Darat, Pudji Hartanto Iskandar sebagai Bus Indonesia Wow itu memiliki tolok ukur yang jelas agar masyarakat memilih bus sebagai transportasi andalan. “Bagaimana masyarakat bisa merasa Wow, begitu, ketika mereka naik bus,” ujarnya saat memaparkan visi transportasi bus yang digagasnya di aula Phillip Kotler, MarketPlus Campus, di Jakarta, Jumat (2/9/16).

Menurut Pudji, angkutan penumpang darat, yakni bus kondisinya sangat memprihatinkan. Dia mengaku terkaget-kaget saat baru beberapa minggu menjabat Dirjen dan turun ke lapangan, menemukan banyak pelanggaran aturan. Mulai kondisi kendaraan yang tidak layak, manipulasi surat-surat, sampai perilaku pengemudi yang tidak taat aturan hingga kondisi terminal yang tak layak. Apa yang ditemuinya di lapangan, lanjut dia, membuatnya tersadar bahwa tanpa perubahan cara melayani masyarakat, maka bus sulit menjadi angkutan andalan mereka.

Karena itu, Pudji dalam acara diskusi Bus Indonesia Wow itu menghadirkan pemangku kepentingan untuk mencari formulasi yang pas agar visi baru transportasi bus bisa dicapai. Acara diskusi interaktif yang dimoderatori oleh Hermawan Kartajaya itu menghadirkan Sekjen Organda Ateng Aryanto, Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan, Harsono dari Bismania Community yang menjadi representasi penumpang serta Florentina dari manajemen PO. Efesiensi.

Sebelum memulai diskusi, Hermawan Kartajaya mengarahkan diskusi pada lima indikator. Ada standar Ok, Aha dan Wow di sisi posisi positif, sementara untuk ketidakpuasan dia menyebutnya dengan Argh dan Uhh di posisi terendah. Dalam konteks pelayanan, Hermawan menggarisbawahi yang disebutnya Ok merujuk pada kriteria Aman. Dalam kriteria Aman, pelayanan dinilai standar dengan administrasi yang baik dan tenaga profesional.

Dalam kategori Aha yang dia identikkan dengan kriteria Nyaman, standar kriteria Aman ditambah dengan perilaku pelayanan yang baik. Dan pada kategori tertinggi yakni Wow, lanjut dia, yang identik dengan kiteria Senang/Menyenangkan semua standar kriteria Aman dan Nyaman ditambah dengan moral pelayanan yang baik.

Hermawan tidak mengarahkan diskusi pada standar pelayanan yang buruk, dia lebih banyak menggali informasi tentang standar bus yang baik. Arah diskusi yang disusun Hermawan mengaju pada standar yang ditetapkan Puji. Menurut Pudji, definisi Bus Indonesia Wow harus memiliki unsur : Semakin baik (moralnya), Semakin Profesional (kerjanya), Semakin Tertib (administrasinya), Semakin Tanggap (perilakunya).

“Kelima, paling tertinggi, semakin Wow, ini harus mengandung keempat unsur, memiliki semua kriteria. Ilustrasinya begini, kalau busnya bagus, pelayanannya bagus, nyaman, aman, selamat dia akan berkomentar : Wow. Nah, marilah kita perbaiki bersama, karena ini tanggungjawab semua sebagai stakeholder,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Kurnia Lesani Adnan yang akrab disapa Sani menyampaikan berbagai hal yang menjadi ganjalan mereka. Menurut dia, operator bus yang tidak melayani penumang dengan baik, tidak memperhatikan keselamatan operasional bus dan cenderung mengabaikan ketentuan yang berlaku, sama dengan mematikan usaha sendiri. “Kami hidup dari penumpang, mana mungkin kami tidak memperhatikan pelayanan untuk penumpang, bagaimana mereka mau naik bus kalau tidak aman?” begitu dia menjelaskan.

 

Sani meminta perhatian pemerintah melalui Ditjen Perhubungan Darat agar mereka juga bisa melayani penumpang dengan baik. Jika dituntut untuk mendukung keselamatan, seharusnya ada jaminan keselamatan di jalan. Masalah pelemparan batu ke arah bus, lanjut dia, bus sampai saat ini belum ada solusinya. Investasi untuk membeli bus juga bukan persoalan mudah. Ketika umur bus dibatasi, kata dia, seyogyanya saat pengusaha membeli bus juga dipermudah.

“Maaf pak Dirjen, sekarang ini untuk membeli satu unit bus yang bisa mengangkut lebih dari 30 orang, suku bunga yang dikenakan kepada kami di kisaran 14-16 persen. Coba bandingkan dengan mobil penumpang yang isinya maksimal 10 orang, bisa delapan persen. Pihak pemberi kredit selalu beralasan karena faktor resiko yang tinggi,” katanya lagi.


Di tempat yang sama, salah seorang pengusaha bus wisata dari Yogyakarta, Wiwit Kurniawan, juga mengungkapkan uneg-unegnya. Dia mengungkapkan betapa panjangnya birokrasi untuk mengurus ijin usaha bus pariwisata. Setiap bus harus dilengkapi surat perijinan, repotnya surat itu harus diurus mulai dari Yogyakarta di Dinas Perhubungan, Jakarta ke Kemenhub dan kembali ke Dinas Perhubungan hingga ke Samsat.

“Di setiap meja mau gak mau kita menyisihkan dana, kata mereka “seikhlasnya” pak. Bagaimana kami mau berusaha dengan tenang. Saya mengurus sendiri perijinan itu hanya karena ingin tahu prosesnya seperti apa. Bayangkan uang yang kami keluarkan sebelum bus sepenuhnya beroperasi, belum harus membayar cicilan busnya,” katanya panjang lebar. begitu

Bagaimana pandangan dari sisi penumpang? Penasihat Bismania Community, Harsono sepakat dengan Hermawan yang merujuk pada aman, nyaman dan senang. Kenyamanan penumpang perlu diperhatikan. Dari sisi keselamatan, menurut dia, kecelakaan yang melibatkan bus lebih sedikit dibandingkan moda transportasi lain. Namun, jika merujuk pada kriteria Segitiga Road Safety Association Indonesia, Perilaku pengemudi, Ketaatan aturan dan Kemampuan pengemudi. “Kami mengimbau kepada pengusaha bus untuk memperhatikan keselamatan di jalan raya,” ujar dia.

Pendapat lain yang menarik datang dari Fajar Shalman Alfariz yang juga penggemar bus mempertanyakan siapa yang bertanggungjawab untuk jalan raya. Dia lalu mengungkapkan, saat bus berjalan di jalan raya yang dibangun pemerintah, ketika ada lubang di jalan itu yang menyebabkan kerusakan pada bus, operator bus harus mengklaim kerugian pada siapa. “Sparepart (suku cadang) bus itu di bagian kaki-kaki kan gak murah pak, kepada siapa pengusaha bus bisa mengklaim kerusakannya? Sebaik apapun dia merawat kalau kerusakan disebabkan oleh jalan bagaimana?,” demikian pria yang akrab disapa Salman bertanya dengan polosnya.

Pudji yang membawa seluruh jajaran di bawahnya mencatat semua masukan dan kritik yang dialamatkan kepada instansi perhubungan. Menurut dia sepahit apapun masukan dan kritikan, dia menilainya sebagai obat. Meski pahit harus ditelan, agar penyakitnya bisa sembuh. “Saya menekankan lima mau, antara lain mau berubah, mau turun ke bawah, mau tegur sapa, mau koreksi dan mau berbuat untuk yang lebih baik,” kata mantan Kepala Korps Lalu-Lintas Polri ini.

Masukan-masukan itu, menurut Pudji akan diformulasikan dalam rencana kerja mewujudkan Bus Indonesia Wow. Rencananya, akhir bulan ini akan dicanangkan di Terminal Tirtonadi Solo. Sebagai awal, Kemenhub akan mendeklarasikan operator bus pelopor berkeselamatan. Dia berharap langkah yang diambil jajarannya bisa menjadi awal pembenahan transportasi bus di Indonesia. (naskah : mai/foto : mai)

Banner Content