Banner Top

(Jakarta – haltebus.com) Wajah sumringah terpancar dari 14 peserta pelatihan teknisi bus Mercedes-Benz Indonesia. Berseragam mekanik dengan kaos warna biru bertuliskan Mercedes-Benz, mereka duduk tenang sambil sesekali bersenda gurau dengan sesama rekannya. Kamis, 15 September 2016 bisa jadi hari bersejarah untuk para montir bus itu. Setelah satu tahun ditempa dalam program pelatihan teknisi bus Mercedes-Benz, hari itu mereka akan diwisuda.

Pelatihan teknisi bus ini merupakan angkatan pertama yang dilakukan di Pusat Pelatihan Mercedes-Benz di Ciputat, Tangerang Selatan. Dimulai sejak 1 September 2015, para peserta pelatihan ini adalah orang-orang terpilih dari perusahaan-perusahaan otobus yang ada di seluruh Indonesia. Perusahaan-perusahaan ini mengirimkan teknisi terbaik mereka untuk kemudian diseleksi mengikuti pelatihan yang merujuk pada pelatihan serupa di negeri asal produk ini, Jerman.

Setelah dilakukan seleksi terpilihlah 14 peserta yang berasal dari 6 perusahaan otobus. Enam perusahaan itu adalah PO. Rosalia Indah, PO. NPM, PO. Makmur, PO. Royal Wisata Nusantara, PO. Garuda Mas, dan PO. Suryaputra Adipradana. “Alhamdulillah semua peserta lulus dan diwisuda hari ini,” kata Eko Setiyodiwarno, Vice President of Service, Technic, Guarantee and Training Mercedes-Benz Indonesia.

Eko mengatakan pelatihan ini dilakukan peserta dari metode otomotif yang sangat dasar. Mereka, kata Eko harus mengenal bus mulai dari bemper depan sampai bemper belakang. Menurut dia, para peserta menurut dipilih berdasarkan minatnya. “Mereka secara berkala kami lakukan evaluasi,” katanya.

Adapun materi yang diajarkan mulai dari dasar-dasar otomotif, dasar-dasar kendaraan niaga terutama penguasaan bus, sampai strategi untuk mengatasi gangguan yang mungkin terjadi pada sistem bus. Menurut Eko pelatihan ini dibagi dalam bentuk modular. Tiap modul, kata dia, bisa diumpamakan, jika dalam dunia perguruan tinggi negeri, sama dengan sistem SKS. Ia menambahkan bahwa selama pelatihan komposisi pelajarannya adalah 20 persen teori dan 80 persen praktek dengan alasan yang dibutuhkan para teknisi adalah kemampuan mereka. Tiap akhir modul dilakukan tes. “Jadi mereka gak akan bisa ke tahap berikutnya kalau tiap modul gak lulus,” kata Eko lagi.

Managing Director of Sales, Marketing and After Sales Commercial Vehicles Mercedes-Benz Indonesia, Ralf Kraemer mengatakan program ini adalah salah satu program unggulan mereka. Program yang ditujukan untuk mencetak para teknisi bus yang andal. Semua yang dipelajari dalam pelatihan selama satu tahun ini menurut Ralf mencakup semua teori dan praktek penguasaan bus mulai dari dasar-dasar hingga sistem elektronik spesial untuk bus.

Menurut Ralf, investasi terbaik tentu saja bukan bus atau kendaraannya melainkan juga para mekanik itu. “Karena mereka mampu memperbaiki dan merawat kendaraan yang kami buat,” kata dia. Program ini, menurut dia, terus dikembangkan. Karena banyak sekali perusahaan otobus yang meminta adanya pelatihan sejenis kepada para mekanik mereka. “Ini adalah investasi masa depan untuk mengoptimalkan bus-bus mereka,” kata Ralf lagi.

Kepada para wisudawan Ralf mengingatkan bahwa mereka tak boleh berhenti belajar. Dia meminta para teknisi itu menjaga momentum dan tetap mau belajar tentang teknis bus Mercedes. Dia lalu mengisahkan tentang salah satu klub sepak bola di Jerman, Bayern Muenchen. “Yang dilakukan para pemain adalah latihan dan latihan untuk mencapai hasil terbaik,” kata dia.

Sugiyanto, teknisi yang dipercaya menjadi ketua kelas program ini berterima kasih atas program yang telah dirancang oleh Mercedes. “Selama pelatihan kami diajarkan banyak hal tentang teknik reparasi dan perawatan bus,” kata dia. Sugiyanto mengatakan setelah lulus dan diwisuda mereka pun siap menjadi contoh bagi teknisi yang lain. “Tetap ada teknisi andalan dalam tiap perusahaan otobus.”

Direktur PT. Suryaputra Adipradana, Budi Sumadihardja mengaku senang dengan keikutsertaan teknisinya. Menurut dia, armada bus Mercedes-Benz yang mereka operasikan bisa dirawat dengan baik. “Keuntungan untuk PO (Perusahaan Otobus) supaya bisa merawat unit Mercedes-Benz lebih baik lagi,” ujar dia.

Pelatihan teknisi mesin untuk operator bus menurut Direktur PO. Garuda Mas, Eric Suryana menjadi kunci komunikasi antara pabrikan dan pemilik armada. Bagi Eric, pelatihan menjadi hal utama agar armada bus bisa mencapai hasil operasional yang optimal sesuai yang dijanjikan pabrikan. “Kami akan sangat senang jika Mercedes-Benz sangat memikirkan tentang trainning pengemudi dan mekanik. Menurut kami training semacam itu nomor satu, harus lebih sering diadakan,” begitu Eric mengungkapkan harapannya.

Di bawah kepemimpinan Ralf Kraemer, Mercedes-Benz Indonesia memulai menata ulang strategi mereka dalam memasarkan bus. Modal persepsi yang baik tentang produk Mercedes-Benz, disadari Ralf tidak cukup. Jika di tahun 1980 – 1990-an bus nyaman identik dengan Mercedes-Benz, kini kompetitor lain juga mulai merambah bus kelas premium. Tak salah jika pola pendekatan kembali pada pelanggan gencar dilakukan pabrikan asal Jerman ini. “Brand kami memang sangat kuat, tetapi kami perlu mencoba pendekatan-pendekatan baru, dan semua demi pelanggan kami,” ujarnya.(naskah : jlh/mai/foto : oto)

Banner Content