Menurut Kayanoki, ajang Hino Customer Service Contest tahun ini menjadi titik awal mereka dalam menyambut peralihan teknologi otomotif di Indonesia. Jika sebelumnya pemerintah menerapkan standar emisi gas buang pada produk otomotif, maka mulai 2021. Dia mengatakan, misi Hino di Indonesia adalah ingin berkontribusi untuk masa depan Indonesia yang lebih kaya dan lebih baik dengan membantu mobilitas masyarakat dan barang. Sebagai pembuat bus dan truk, lanjut dia, Hino bertanggungjawab atas keselamatan di jalan raya.
Karena itu, kata dia, Hino Indonesia ingin bersiap lebih awal menyambut era baru penerapan standard emisi gas buang Euro 4. Kayanoki menjelaskan, selain memberikan pembekalan untuk jajaran Hino, PT. HMSI juga memberikan pelatihan kepada pelanggan sebagai bagian dari filosofi Total Support. Dalam kesempatan itu, PT. HMSI menyerahkan sertifikat pelatihan mekanik secara simbolis kepada DAMRI, Perum PPD, PT. Perta Niaga



Santiko tidak mau memerinci peralihan teknologi yang tengah mereka persiapkan. Dia hanya menyebut, bahwa produk yang ada sekarang tidak akan banyak berubah. Rentang produk dan kebutuhan kendaraan niaga di Indonesia yang disediakan Hino selama ini akan tetap dipertahankan. Hanya saja, kata dia, ada beberapa perubahan terkait penyesuaian standar emisi gas buang Euro 4.

Hal yang sama juga disampaikan Senior Executive Officer After Sales PT. HMSI, Irwan Supriyono. Dia menolak menjelaskan tipe mesin dan komponen apa yang bisa ditambahkan untuk mengurangi emisi gas buang itu. “Sudahlah, urusan yang teknis kita tunggu saja. Saya gak mau bahas dulu sekarang,” katanya sambil tersenyum.



Di tengah persiapan itu, ada satu produk bus Hino yang sampai saat ini masih dalam tahap ujicoba di jalur operasional regular. Hino RM380, sejak dua tahun terakhir dioperasikan PO. Harapan Jaya, Tulungagung, Jawa Timur untuk uji operasional. Bus bermesin seri P yang tergolong baru untuk pasar Indonesia masih dalam tahap persiapan Hino Indonesia, untuk masuk ke pasar bus bertenaga di atas 300 HP. Mesin seri P banyak digunakan untuk produk Hino yang beredar di Malaysia. “Sementara kami masih melihat kemungkinan-kemungkinannya. Yang jelas, kami masih terus mengevaluasi dan menjajaki untuk mengisi pasar bus bertenaga besar. Ditunggu saja ya,” kata Santiko menutup penjelasannya. (naskah : mai/foto : mai)